1. ALLAH adalah Nama Perwujudan.
Para
pembaca yang saya muliakan, kalau kita berbicara soal Kebathinan,
Kejiwaan & Kerochanian, ini semua tidak terlepas dari soal Ketuhanan karena :
- Tuhan (Allah) Sumber dari Segala Sumber;
- Tuhan Maha Bisa;
- Tuhan Serba Ada;
- Tuhan Pengasih Penyayang dan Maha Pengampun.
Berikutnya, maka saya akan menyampaikan kepada para pembaca, Pengertian-Pengertian “Kekeluargaan” tentang ALLAH atau Jelasnya :
“KONSEP TENTANG TUHAN ATAU ALLAH“
Sebelumnya,
maka akan saya dahului dengan pengertian-pengertian Dasar. Tuhan itu
artinya Sesembahan, Yang di Sembah, Yang di Agungkan. Tuhan saya adalah
Allah, berarti dan dapat diartikan :
- Pertama, yang saya Sembah ialah ALLAH,
- Kedua, yang saya Agungkan adalah ALLAH,
- Ketiga, tempat saya Meminta dan Mengabdi adalah ALLAH.
Tiap-tiap
perwujudan mempunyai kerangka dan batas-batas. Jika ada seseorang
menyebutkan sesuatu Nama, akan tetapi ia tidak dapat memberikan kerangka
pada nama itu, maka pengetahuannya akan nama yang disebutkannya itu
hanya khayalan atau kira-kira belaka. Pengertian ini juga dapat
dijadikan ukuran keimanan terhadap apa yang diketahuinya, apalagi yang
ia yakini.
Kita
menyebut nama “ALLAH”, kita sama-sama yakin adanya Allah, maka kita
harus dapat membuktikan dan dapat memberikan kerangka pada nama “ALLAH”
tersebut.
2. Arti Perkataan “ALLAH”.
Didalam sastra Arab, pernah kita temukan uraian sebagai berikut :
Ilah,
berarti : Tuhan, sesembahan atau yang disembah. Allah, berasal dari
kata-kata “AL” dan “ILAH”, disingkat menjadi “ALLAH” yang berarti, Maha
Sesembahan.
Dengan
demikian maka ALLAH adalah sesembahannya yang tertinggi, ialah
sesembahannya dari segala sesuatu yang ada didalam dan bagi / untuk
Hidup, Kehidupan dan Penghidupan. Allah adalah tempat pengabdian diri
segala machluk.
Dengan
pengertian pendahuluan ini, maka saya akan menguraikan konsepsi tentang
Allah dengan pengertian-pengertiannya yang ditinjau dari berbagai sudut,
sesuai dengan Alam Pikiran “Kekeluargaan”.
Saya bermaksud dan beritikad menguraikan Konsepsi tentang Allah ini kepada :
A. Pembaca yang saya muliakan sekarang ini :
- Yang mewakili Pimpinan Ormas-ormas, Kebathinan / Kejiwaan /Kerochanian dan Tergabung dalam PAKEM (Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat) Kejaksaan Tinggi Jakarta.
- Pemerintah Republik Indonesia lewat PAKEM Kejaksaan Tinggi Jakarta dan para Pejabat Pemerintah yang berwenang.
- Para Alim Ulama dari Golongan Agama yang disyahkan Pemerintah.
B. Nusa, Bangsa dan Negara pada umumnya.
C. Umat Islam pada Khususnya.
Saya mencoba menguraikan dengan kata-kata yang sesederhana mungkin dengan bantuan Kerangka atau Huruf (Arab- اللَّهِ ) “Allah”.
Bagi Alam Pikiran “Kekeluargaan”, didalam ijtihadjnya, maka Kerangka atau penyusunan atau tulisan (اللَّه)
“ALLAH”, itu merupakan suatu kerangka yang mempunyai arti dan makna
serta daya hidup dan yang menghidupkan. Segala sesuatu yang menyangkut
tentang Hidup, Kehidupan dan Penghidupan, dapat dicarikan dasar-dasar
hukumnya dan tergantung pula pada pemikiran, kewaspadaan, terjurus dari
penyorotannya.
3. Dzat, Hidup dan 4 (empat) Unsur-unsur Pokok Perwujudan.
(Evolusi Kejadian)
Untuk
mempermudah kita berbicara tentang apa yang tidak, marilah kita mencari
jalan dari apa yang ada; yang saya maksud dengan yang ada ialah : Alam;
penerangan tentang adanya Alam ini menurut Al Quran, surat Yunus ayat 3
(10:3) berbunyi :
إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُدَبِّرُ الأمْرَ مَا مِنْ شَفِيعٍ إِلا مِنْ بَعْدِ إِذْنِهِ ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ أَفَلا تَذَكَّرُونَ
“Sesungguhnya Tuhan Kamu ialah Allah
yang menciptakan Langit dan Bumi dalam Enam hari, Kemudian Dia
Bersemayam diatas Arasy (singgasana) untuk mengatur segala urusan. Tiada
seorangpun yang akan memberikan syafaat kecuali sesudah ada izinnya.
Yang demikian itu ialah ALLAH, Tuhan kami maka sembahlah Dia. Apakah
Kamu tidak mengambil Pelajaran?”
Ternyata dari penerangan ayat diatas, bahwa Alam ini terjadi tidak hanya dengan kata-kata “KUN”
sekali jadi terus berwujud, tetapi dengan enam hari. Enam hari inipun
tidak berarti enam hari letterlijk, tetapi enam phase (tingkatan atau
tahapan yang berarti : Ber_Evolusi).
Jadi
sebelum Alam ini ada, yaitu masih awang-awang atau kosong, yang ada
ialah Dzat yang tidak seumpama apapun juga (Lihat : Jabar). Sebelum ada
apa-apa di Alam ini, yang ada ialah Dzat : Dzat yang tidak seumpama
apapun juga. Pengertian ini umumnya sudah diluar batas Pikir Manusia,
dan kita mau tidak mau harus percaya. Dzat yang tiada seumpama apapun
juga ini, Ada Dengan Sendirinya dan Terjadi Dengan Sendirinya.
Dzat yang
tiada seumpama apapun pula, yang ada dengan sendirinya dan Jadi dengan
Sendirinya itu dan mengadakan Hidup (lihat : Tasjid), Karena adanya
Hidup, maka terjadilah adanya Gerak atau Getaran. Kesemuanya ini masih
Ghaib. Getaran ini Hidup terus dan Menimbulkan Cahaya; Merah (lihat :
Alif), Setelah Cahaya Merah, timbul Cahaya; Kuning (lihat : Lam Awal),
Setelah Cahaya Kuning, timbul Cahaya; Putih (lihat : Lam Akhir), Setelah
Cahaya Putih, Timbul Cahaya; Hitam (lihat : Ha)
Cahaya-cahaya tersebut telah dimengertikan Unsur-Unsur Pokok dari Setiap Perwujudan dengan Alam Hidup ini :
- Cahaya Merah, diartikan : Unsur Api,.
- Cahaya Kuning, diartikan : Unsur Angin,
- Cahaya Putih, diartikan : Unsur Air,
- Cahaya Hitam, diartikan : Unsur Bumi.
4. Allah dan Makhluk Allah.
Ke-Empat
Cahaya tersebut (lihat : Alif, Lam, Lam, Ha), yang saling berbenturan
karena adanya Gerak dan Getar (lihat : Tasjid), dengan diliputi oleh
Dzat Yang Hidup (lihat : Jabar), keseluruhannya itulah baru menjadi
Perwujudan yang dinamakan “ALLAH” (lihat : huruf اللَّه ).
Jadi, dari
dzat yang tiada seumpama apapun juga (Jabar) sampai dengan apa yang
kita lihat dadn berwujud ini (Allah) sudah satu. Tidak dan Ada adalah
Satu, inilah yang dinamakan “ALLAH”. Jelasnya, seluruh Alam ini adalah
Perwujudan dari yang tidak.
Kita semua
ini adalah Perwujudan daripada Dzat dan Gerak/Getaran dari Empat Unsur
Pokok, itulah menjadikan satu Perwujudan. Inilah yang dikatakan bahwa
Tuhan dengan kita tidak ada antaranya lagi, seperti “Urat Leher dan
Lehermu”.
Dengan
adanya Perbenturan 4 (empat) Unsur Pokok ini terjadilah Alam seluruhnya
dan terjadilah Machluk-machluk Hidup, mulai dari yang terendah sampai
yang tertinggi.
Benturan-benturan,
maupun perpaduan-perpaduan ke-Empat Unsur Pokok ini ada
tingkatan-tingkatannya, dan demikianpun Perwujudan-perwujudan ada
tingkatan-tingkatanya. Dari machluk-machluk yang terendah tingkatannya
sampai dengan machluk-machluk yang tertinngi yaitu MANUSIA.
Kami jelaskan lagi uraian saya denga kata-kata lain :
Dari yang
tidak (Jabar), lalu menjadi Gerak/Getaran (Tasjid). Dan karena
Gerak/Getaran itu timbullah suatu Perwujudan, Allah namanya (lihat huruf
اللَّه “Allah”)
Surat Al-Baqaroh ayat 115 (2:115)
فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ
“Maka Kemanapun Kamu Menghadap, disitulah Wajah Allah”.
Wajah
Allah, ialah Perwujudan Allah yang kita lihat dan temukan. Yang tidak
dan yang ada adalah merupakan Satu Kesatuan dan Persatuan Mutlak, Allah
Namanya.
Dan dari
Perwujudan-perwujudan yang kita jumpai dalam hidup, kehidupan dan
penghidupan, ialah tidak lain Manusialah machluk yang tertinggi. Inilah
yang dikatakan; Kita dengan Tuhan tiada Antaranya lagi.
Kalau saya
umpamakan Dzat yang tiada antaranya lagi. Kalau saya umpamakan Dzat
yang tiada seumpama apapun juga itu; Air, maka kita
(perwujudan-perwujudan ini) adalah : Es.
Jadi, kita ini adalah merupakan Pembekuan daripada Dzat. Hidup kita adalah : Gerak atau Yang Hidup atau Hidup.
Gerak ini digerakkan oleh Yang Tidak Bergerak, ialah Dzat. Antara yang tidak bergerak dan yang bergerak adalah “SATU KESATUAN DAN PERSATUAN”.
Jadi,
seluruh Alam ini adalah SATU PERWUJUDAN atau lebih tegas lagi SATU
PEMBEKUAN dari TIDAK, diantara mana tidak ada batas-batas pemisahan
sedikit juga dengan yang ADA. Kesemuanya ini adalah suatu perwujudan
dari pada Allah (secara keseluruhan maupun secara sendiri), karena
asalnya dari TIDAK menjadi ADA. Kita ini (perwujudan secara tersendiri),
menurut Ajaran Agama adalah MACHLUK ALLAH. Machluk Manusia adalah
Perwujudan yang Tertinggi dari setiap adanya Perwujudan dalam Hidup,
Kehidupan dan Penghidupan, seperti diterangkan didalam surat Al-Maidah,
ayat 3 (5:3) :
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا
“Pada
hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu Agamamu, dan telah Kucukupkan
kepadamu Nikmat-Ku, dan telah Ku-ridoi Islam itu menjadi Agama bagi
kamu”.
Dalam Pandangan kita yang meluas kepada Macro-Cosmos, maka dapat saya berikan Pengertian :
Allah, adalah suatu Perwujudan yang berada didalam Wadah yang tidak bertepi dengan Dzat-Nya yang meliputi.
Jika
pandangan kita menuju kepada Macro-Cosmos, terutama kepada Diri sendiri,
maka kita hendaknya kembali kepada pengertian hakekat Tauhid, ialah
Bahwa setiap Perwujudan adalah Perwujudan Allah. Pengertian akan hakekat
Tauhid tersebut adalah dapat dijadikan dasar mutlak bagi pemberian
pengertian akan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Demikianlah
secara siingkat telah saya terangkan pengertian atau konsepsi tentang
Allah dari “Kekeluargaan”, ditinjau dari sudut Hidup. Para Pujangga
Arab, telah menentukan (dengan karunia Allah), kerangka atau tulisan
Allah dengan susunan huruf-huruf Arab sebagaimana yang tercantum didepan
hadirin sekalian.
Kerangka atau susunan huruf (اللَّهَ)
Allah tersebut tidak akan berubah sepanjang zaman, karena Makna, Arti
dan Daya yang Memancar dari Kerangka tersebut mempunyai Daya adanya
Kesatuan Hukum-hukum Hidup, Kehidupan dan Penghidupan.
Umpamanya,
Jabar dan Tasjidnya dihilangkan, sisa Alif, Lam, Lam, Ha, ini adalah
Kerangka yang Mati, kerangka hampa yang tidak mempunyai Makna Arti dan
Daya yang Hidup.
Demikianpun, jika Kerangka tersebut kita terjemahkan atau kita ganti dengan huruf atau bahasa lain, hampa rasanya.
Sebagaimana
telah saya terangkan dimuka, susunan huruf atau lebih tepat kerangka
“ALLAH” bagi kita semua mempunyai Makna, Arti dan Daya yang Hidup dan
Menghidupkan.
Bagi saya khususnya, demikian adanya karena saya dapat memberikan penjelasan tentang Penyorotan Kerangka itu dari sudut :
- Hidup;
- Kehidupan;
- Penghidupan;
- Lahir – Bathin – Dunia – Acherat.
Kesemuanya
digali dari yang tersurat dan tersirat pada Al Quran dan Hadist. Hal ini
akan membutuhkan waktu yang khusus, dan semoga saya akan berkesempatan
untuk berhadapan muka dan berdialog dengan hadirin sekalian dilain
waktu.
PENUTUP
1. Wahyu dan Ilham.
Saudara-saudara pembaca sekalian.
Saya belum
pernah mendapatkan Wahyu, karena Wahyu itu tidak ada lagi di Dunia ini.
Pengertian Wahyu adalah apa-apa yang belum ada didunia ini, kemudian
diadakan, tetapi sekarang kesemuanya sudah sempurna, sudah komplit. Jadi
Manusia-manusia sekarang ini hanya mendapat Ilham dari
petunjuk-petunjuk yang mereka belum pernah lihat, tetapi sebenarnya
sudah ada di Dunia, inilah pengertian-pengertian tentang perbedaan
antara Wahyu dan Ilham.
Dengan demikian maka uraian saya tersebut adalah hasil dari Idjtihaj, yaitu :
- Hasil dari Penggalian-penggalian dan banyak belajar;
- Hasil dari tanya sana dan tanya sini;
- Hasil daripada Menerima dan Memberi dengan sesamanya; dan
- Hasil daripada Dialog dengan Kitab Al Quran dan Hadist.
2. Agama dan Kebathinan.
Saudara-saudara sekalian.
Kita
sekarang yang berada disini, umumnya dikatakan sebagai anggota dari
Organisasi Massa (ormas) atau Keyakinan Kebathinan, Kejiwaan dan
Kerochanian. Kesemuanya ini tidak terlepas dari adanya Kebesaran Tuhan.
Sumber segala sesuatu adalah Tuhan, dan yang saya maksud Tuhan ialah
Allah, sesuai dengan Pengertian yang terdahulu.
Kalau
bukan karena Allah, kesemuanya dengan sendirinya tidak dapat mencakup
apa yang seolah-olah kita pisahkan. Semuanya mempunyai pengertian satu;
Ya Bathin, Ya Jiwa, Ya Roch.
Saudara-saudara pembaca sekalian.
Kebathinan
bukanlah Agama, sedangkan Agama sudah tentu Kebathinan. Jadi setiap
penganut Agama; dengan sendirinya Kebathinan, karena Agama adalah
Tuntunan Hidup untuk Manusia Lahir, Bathin, Dunia dan Acherat.
Ajaran-ajaran memberikan petunjuk-petunjuk kepada Umatnya untuk dapat mencapai:
- Kemenangan Lahiriah;
- Kemenangan Bathianiah;
- Kemenangan Duniawiah, dan
- Kemenangan Ukhrowiah.
3. Pengendalian Hawa Nafsu.
Sehubungan
dengan Pengertian atau Konsep kita tentang Allah, maka perlu saya
sekedar mengungkapkan sepintas lalu, cara-cara pelaksanaan Ajaran
“Kekeluargaan”. Tidak terlepas dari Pengertian Allah. Timbulnya suatu
Kebimbangan, Kekhilafan yang secara mutlak memberikan refleksi terhadap
diri kita berupa pukulan-pukulan lahir maupun bathin, adalah dikarenakan
si Manusia itu tidak dapat mengendalikan “PERPADUANNYA ATAU
PERBENTURANNYA 4 (EMPAT) UNSUR POKOK YANG ADA DIDALAM DIRINYA”
Saya
yakin, bahwa Manusia yang dapat mengendalikan Hawa Nafsu yang ada
didalam Dirinya itu, dapat juga mengendalikan nafsunya orang lain. Nama
Tuhan atau ALLAH di Agungkan-Agungkan, dan orang-orang telah banyak
berbicara tentang “Sabda Seucap Nyata” atau “Sabda Pendita Ratu”.
Pelaksanaan
hal itu, tidak lain dan tidak bukan hanyalah dengan jalan atau dengan
cara kita mengendalikan Hawa Nafsu yang ada di Diri kita sendiri, dengan
penuh Pengertian dan Penuh Kesabaran.
Demikianlah uraian saya dan saya mengucapkan diperbanyak terima kasih atas perhatian yang dicurahkan kepadanya.
posted by :
MAJELIS MUZAKAROH WARGA KEKELUARGAAN
FORUM : KOMUNIKASI DAN SILATURACHMI WARGA KEKELUARGAAN
Yoesoef Ratman
Pengasuh Utama “Kekeluargaan”
Pengasuh Utama “Kekeluargaan”